Wow! Keren! Mantap! Luar biasa! Kok dia bisa yaa? Kekaguman mengisi hati kita. Rasa kagum pun lalu tiba-tiba pupus digantikan dengan perasaan yang lain. Perasaan inferioritas mengisi pikiran kita. Kita mulai membandingkan diri kita dan mendapati bahwa kita tidak bisa apa-apa. Tidak ada yang cukup baik dari dalam diri kita untuk bisa dibanggakan. Minderlah kita jadinya. Sementara di mata kita, terlihatlah orang-orang yang bercahaya mampu membuat banyak khalayak berdecak kagum. Kita pun pusing, kita sangat ingin menjadi seperti orang itu. Kaya, bisa main musik, jago masak, bisa menulis, ahli membuat lagu, ahli programming, dan lain-lain. Lalu jatuhlah kita ke dalam fase lanjutan pusing tadi menjadi desperate. Hidup kita tidak terlalu menarik bila dibandingkan orang lain. Miskin petualangan, kurang warna, dan seperti biasa, kebun orang lain terlihat lebih indah dibandingkan kebun sendiri. Kita mulai bersungut-sungut pada Tuhan, "Kenapa sih Tuhan ciptain saya tanpa ada satu hal pun yang baik?" Semua suram rasanya.
Ya! Teruslah salahkan keadaan, lanjutkan menyalahkan keluarga Anda, teman-teman dan Tuhan. Anda telah percaya bahwa Anda adalah orang yang salah di waktu dan tempat yang salah. Maka Anda juga menganggap bahwa eksistensi Anda merupakan sebuah kesalahan. Dan Tuhan menciptakan Anda secara tidak sengaja alias kecelakaan yang tidak disengaja. Anda merasa Anda adalah produk gagal.
Tahukah Anda? Sekecil apapun Anda di hadapan manusia, Tuhan ciptakan Anda dengan talenta dan segudang keunikan. Mengapa Anda memaksakan diri ingin menjadi orang lain? Cobalah Anda teliti dan analisa diri Anda sendiri, pasti Anda akan temukan ada sebuah talenta yang Tuhan beri. Mungkin talenta Anda begitu kecil dan tidak signifikan, mungkin Anda merasa talenta Anda tidak ada gunanya sama sekali. Tapi ketahuilah, sesuatu yang Tuhan tanam dalam diri Anda yang menurut Anda tidak berharga, bisa menjadi sesuatu yang sangat berharga di mata orang lain.
Jangan selalu melihat kepada orang lain, Anda tidak dapat memakai apa yang Anda tidak miliki. Tuhan hanya pakai apa yang ada pada Anda. Saat Musa terus-menerus mengeluh dan beralasan, Tuhan hanya bertanya di kitab (Keluaran 4:2); TUHAN berfirman kepadanya: "Apakah yang di tanganmu itu?" Jawab Musa: "Tongkat."
Tuhan tidak tertarik akan hal yang tidak ada pada Anda, tapi Tuhan bisa lakukan perkara besar dengan apa yang ada di tangan Anda, meski tidak berguna di mata Anda. Apapun yang Anda miliki adalah dari Dia, dan Dia mampu melakukan banyak mukjizat luar biasa dari apa yang Anda miliki.
Kita ingat perumpamaan tentang talenta, ada yang diberi satu, ada yang diberi dua, ada yang diberi lima (Matius 25:15). Semua orang tahu, kalau tidak mengembangkan talenta itu dosa. Tapi mari kita tilik sedikit kisah ini dari sebuah sudut pandang lain. Kalau kita baca, hamba yang memegang satu talenta pergi lalu menyembunyikan apa yang tuannya beri. Besar sekali kemungkinan, hamba yang diberi satu talenta ini membandingkan dirinya dengan dua hamba yang lain. "Mengapa yang lain diberi lima? Mengapa dia diberi dua talenta? Kenapa aku hanya diberi satu talenta saja? Ini tidak adil, tuanku tidak adil! Lagi pula rasanya sungguh egois memerintahkan aku mengembangkan hartanya. Lebih baik aku kembangkan saja yang aku punya yang bukan dari tuanku. Sebaiknya aku ikuti anjuran temanku untuk mencari talenta lain di luar tuanku." Kurang lebih itulah isi pikiran dia sehingga membuatnya menyembunyikan apa yang tuannya beri.
Oke, itu dari sudut pandang hamba yang dipercayakan satu talenta. Marilah kita baca lagi (Matius 25:15); "Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat." Maka kita tahu kalau tuannya memberikan tanggungjawab yang sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya. Mengapa dia harus merasa tidak puas? Bayangkan, bila seorang buruh yang mendadak menuntut ditempatkan di posisi strategis seperti CEO tanpa kemampuan dan kapasitas yang memadai. Mungkinkah semua berjalan mulus?
Mengapakah banyak dari kita yang tidak tahu bahwa semakin banyak kita dipercayakan talenta, makin besar kita dituntut untuk mengembangkannya? Bukankah ada tertulis; "Yang diberi sedikit akan dituntut sedikit, dan yang diberi banyak daripadanya akan dituntut banyak." Hal ini juga berlaku untuk hal talenta. Kita tahu buruh hanya mengerjakan tugas sederhana seperti mengoperasikan mesin, tugas dan tanggung jawab dia sangatlah terbatas. Jenis pekerjaan mereka pun tidak terlalu kompleks dan menuntut mereka terlalu banyak menghabiskan waktu untuk berpikir. Tanggung jawab mereka tidak besar. Tapi coba kita bandingkan dengan seorang CEO, CEO dituntut mengetahui semua bagian dari sebuah perusahaan. Dia dituntut mengenal semua seluk beluk industri perusahaannya. Dari pengadaaan bahan, sistem organisasi, sistem pembukuan, sistem gaji, peralatan, perhitungan resiko, strategi pemasaran, manajemen SDM, manajemen SDA, dan lain-lain. Pekerjaan seorang CEO lebih berat dan kompleks. Jadi jangan hanya lihat gajinya saja, tugas CEO sangat berbeda jauh dibandingkan buruh. Berpikir dengan otak lebih melelahkan dibandingkan dengan bekerja dengan tenaga.
Tidak sedikit mereka yang iri, saat melihat ada orang-orang yang memiliki kapasitas dan kemampuan lebih dalam talenta mereka. Sebenarnya mereka awalnya sama saja, hanya saja ada sebuah perbedaan. Mereka yang sukses mengembangkan talentanya, menjawab tantangan saat datangnya sebuah promosi. What is promotion? Promotion is doing more works in the same amount of time. Dimana mereka mau dengan sadar dan tanpa merasa terpaksa untuk masuk ke dalam kondisi yang menekan mereka, yang menuntut mereka melakukan hal lebih dalam tenggang waktu yang sama. Saat Anda ingin jago masak, Anda harus lebih banyak membuat beberapa menu sekaligus di waktu yang sama saat Anda berada di dapur. Saat Anda ingin jago bermain gitar, Anda harus bisa memainkan variasi arpeggio lebih banyak dalam satu sesi latihan. Anda juga harus menulis artikel lebih banyak dalam satu deadline yang sama saat Anda mau menjadi penulis yang serius.
Tidak cukup baik? Atau masih kurang baik? Tuhan selalu beri yang terbaik pada kita. Dia ciptakan kita baik adanya. Jangan memaksakan agenda kita pada Dia, berserah penuh pada-Nya. Apa yang ada pada kita adalah sempurna, tergantung cara kita mengolahnya. Tanah yang baiklah yang menghasilkan buah yang baik, jangan minder dan tidak percaya diri, karena rasa minder dan tidak percaya diri adalah semak duri yang mematikan benih talenta yang sudah Tuhan tanam dalam diri kita.
Berbahagialah pula bila Anda diberikan modal yang sedikit, karena modal yang sedikit bisa berkembang menjadi banyak bila Anda mengelolanya dengan baik. Sangat berbeda bila Anda dari awal sudah diberi banyak modal, kecenderungan bocornya alokasi dana lebih besar. Karena Anda tiba-tiba saja mengelola sebuah organisasi yang besar dan kompleks. Start small, grow big, end huge lebih baik seperti itu ketimbang dengan start big, grow small, end bankrupt. Uang yang besar hanya bisa dikelola dengan baik bila Anda cakap mengelola uang yang jumlahnya sedikit.
Janganlah berkecil hati bila Anda hanya dipercayakan Tuhan dengan sedikit talenta, karena dengan demikian Anda bisa lebih fokus mengembangkannya. Bandingkan dengan orang yang diberi banyak talenta, mereka kesulitan mengembangkannya karena sulitnya menyediakan waktu untuk memberi perhatian lebih. Karena waktu sangat terbatas membuat siapapun, termasuk orang yang punya banyak talenta untuk memilih dan mengembangkan hanya satu atau beberapa talenta yang benar-benar bisa dikembangkan dengan serius. Ingat kata-kata wejangan paman dari Peter Parker sang Spiderman: "Dari kekuatan yang besar, datang tanggungjawab yang besar." Anda bertanggung jawab kepada Tuhan, kiranya talenta Anda sekalian menghasilkan buah yang baik, buah yang bisa membuat nama Tuhan dipermuliakan.